Seruni
Seruni cintanya selalu berbeda diawal tapi memiliki akhir yang sama kekecewaan
Seruni nyiur angin menerbangkan selendangnya jatuh tepat di wajah sang bayu yang berusaha mengeja kalimat perasaan. Seruni keindahan senja berwarna jingga diujung bukit tinggi.
Berjalan menyusuri pedesaan, bersama melewati aroma cinta yang penuh mawar, tersenyum manis dihadapan kekecewaan hanya ada tawa tapi tak lupa dengan "jangan terlalu bahagia nanti sedih" kalimat itu menemukan tuannya. Seruni
Seruni jilbabmu tak pernah lekang oleh waktu caramu menutup tubuh dengan kain cantik berwarna biru hari ini. Hanya kau pemenangnya, hatimu masih terjebak oleh kenangan berharap kau lekas pulih atau biarkan aku menjadi obat setelah kau lepas dari kenangan dan bersamaku membuat harapan yang kan jadi kenyataan
Mata indahmu, cara bicaramu, membuatku jatuh telak diantara hayalan penuh angan aku takut menyampaikan perasaan tapi hatiku selalu memberontak tak mau mengerti, semua orang menyukaimu mereka bagaikan gelas emas dan aku hanya cangkir biasa dengan hiasan bunga
Aku menghampirimu penuh dengan keberania setiap hari hanya mendengarkan ceritamu kisahmu dan semua tentangmu, setiap malam aku berharap hari tidak akan berganti hanya ada hari ini bersamamu sampai satu hari kau bertanya " Sultan apa kau akan pergi?" Sambil menatapku penuh tanya dimatanya
"Tidak, aku tidak akan pergi" berusaha menyakinkan mu
"Jangan terlalu baik aku akan terbiasa dan ketika kau pergi aku akan merasa sedih"
Kalimat itu membuatku terdiam
Kau menyuruhku untuk tidak terlalu baik kepadamu tapi hatiku selalu ingin yang terbaik untukmu melihatmu tersenyum dan berjanji tidak akan pergi, janji yang kubuat dengan diriku sendiri. Sampai pada satu waktu dimana kau menyatakan perasaanmu dihadapan ku, pernyataan yang kukira untukku ternyata untuk orang lain.
Bodohnya aku tersenyum untukmu kukira kau juga begitu ternyata tidak kau berbalik kearahnya sambil tersenyum, yaa dia baik tidak sebaik aku tidak setulus dan setampan aku bahkan kalimat yang dituturkan olehmu lebih fasih dibandingkan aku yang terbata² mengeja keindahan mu, tetap saja aku terpasung dalam dirimu aku tak dapat melarikan diri.
Menyerah tak akan majupun aku ragu kau telah menjadi tujuan dari orang bodoh ini, aku masih disini seperti janjiku dan selalu siap bagai pohon diterpa angin batu karang yang di hempas ombak aku akan tetap berdiri bersama janji dan akan tetap seperti itu, jangan pergi dari tubuh ini Seruni.
Setiap malam selepas hari itu pikiranku selalu dihantui rasa takut, takut aku tidak akan lagi jadi alasan senyummu tawamu dan bahagiamu, terkadang aku egois cintaku terlalu sungguh namun tekatku ragu ragu menyampaikan hal yang sudah ku tau jawabannya membuatku menjadi orang kebingungan sepanjang malam, aku menatap bintang bertanya lalu angin membisik "bissmillah dan utarakan"
Aku ragu kuulang terus menerus lalu angin berbisik lagi " rumput hijau hanya akan jadi pijakan bukan singgahan"
Seruni aku masih melihatnya dalam mata indahmu, tapi aku tidak peduli aku akan menanti senja dan malam, aku akan menanti bunga mekar ditamanmu penantian ku tak akan kuhadapkan oleh lelah hanya doa kusuguhkan malam ini.
Kau datang sendiri tertegun dihadapan ku dan kusambut dirimu dengan stengah malu, ntah kemana ratusan kalimat yang kususun semalam menghilang ketika kau datang dan berkata
"Aku telah memikirkannya dan itu membuatku binggung 4 hariku lalui dengan pertanyaan ini"
"Ada apa Seruni katakan"
"Aku merasa aku menyukaimu tapi aku juga merasa tidak, perasaanku membuatku binggung?"
"Kau baru saja membuatku bahagia"
"Ah? Bahagia?"
Pengakuanmu yang secara tiba-tiba membuatku menyelami lautan sedikit demi sedikit dan aku terperangah dari mana kau memperoleh kalimat itu aku memupuknya selama berbulan bulan dan akhirnya kau sadari selama 4 hari akanka ini berlanjut? Semua yang ku tulis semua yang kugaris adalah tentangmu ingat kali pertama kau memasuki kehidupanku?
Walaupun begitu aku masih saja dengan keraguanku, seakan sore ini tak ada angin satu hembusan saja tak ada, mana ujung mana pangkal tiada yang terbersit. Aku takut kau pergi saat kau tau isi hatiku, aku takut kau bukan lagi Seruni yang kukenal, aku takut kau akan jadi orang asing bagiku.
Seruni tetaplah bersamaku sampai diamku menjadi jawaban untuk pertanyaan mu biarkan aku menyebutmu dalam setiap doaku dan menjadikanmu akhir kisah ku.
Komentar
Posting Komentar