Seruni part 3
Seperti teka teki Seruni dan Sultan akan melangkah kebenang yang mana, jawabannya mereka berjalan pada benang palsunya masing-masing.
Ketika cintanya tak bertemu senja maka kisahnya kan di lanjutkan malam
Ketika kepastian tak kunjung datang maka meninggalkan adalah pilihan
Begitulah seruni dan sultan, cantik di tutupi sehelai kain di kepalanya, tak cukup untuk menutup kisahnya, jarak dan waktu cukup membuktikan kejahatannya, tak di sogok kepastian, jarak menemukan pelarian.
Tak menemukan senja, Sultan beralih mencari bulan. Sedikit kecewa dan bimbang,
"siapa yang akan menikmati indahnya?",
"Siapa yang akan menemaninya?",
"Siapa yang menjaganya?".
Seperti biasa kebodohannya mulai menggeliat di otaknya,
"Bolehkah aku menatap keindahan lain?" Ujar sultan
"Tak boleh jika kau tak sembuh" angin berisyarat seakan memberi tahu bahwa luka yang di buat seruni belum sembuh sepenuhnya.
"Bolehkah keindahan lain menyembuhkannya?" Ujar sultan pada angin
"Pertemuan pertama selalu bersanding dengan si manis" angin berisyarat, setiap pertemuan, lembaran, dan kisah baru, di mulai dengan kebahagiaan bukan penyembuhan.
Seruni masih sama, terdiam, tak tahu diamnya, mengungkapkan atau pergi.
Sultan menemukan bunganya, akar yang rusak tak akan menumbuhkan bunga yang indah, dan sultan dalam kebimbangan menemukan bunganya, bunga yang tumbuh baik bersama akar.
Seruni seakan berubah menjadi pantai indah dengan kenangan membeku, setiap orang yang melihatnya seakan berkaca pada kepalsuan seseorang, seakan berkaca pada pahitnya memendam, dan sultan menjadi lapangan luas dihiasi bunga-bunga indah, bunga yang akan mengantarnya pada bahagia dan sedih tapi tidak pada ketidakpastian.
Ya, benar Sultan telah memilih langkahnya, tak serumit memilih mengungkapkan perasaan atau memendam, tak serumit Seruni memilih gelas emas atau gelas biasa dengan hiasan bunga.
Tak semua akar akan tumbuh dan tak semua harapan menemukan temu, jarak memberikan kejahatan dan kebahagian pada Sultan, membuat tenunan baru di waktu dan jarak yang jauh, tenunan yang tak bersama Seruni lagi, tenunan yang benangnya bukan dari keindahan Seruni
"Akankah, bunga menjadi satu satunya atau menjadi pilihan kedua setelah redup sang Seruni" tanya angin pada semester.
"Apakah ada Seruni di balik Bunga?"
"Apakah sifat dan tutur katanya sama?"
Ucap Sultan yang mengikuti jarak menjadi jahat, meminta gajah menjadi semut, apakah ada yang seegois dan sebodoh Sultan?.
Telah menggapai bulan, tapi tak merelakan senja.
Menenun sutra dengan dua cara, menentukan arah dengan membela diri menjadi dua.
Ya Sultan masih sama, masih seorang lelaki yang penuh kebimbangan
Kisahnya yang di mulai, di akhiri, dan ingin di ulang oleh Sultan, tetap kisah Seruni, jahat sudah pasti, tapi cinta tak pernah pasti akhirnya.
Akankah air laut di pantai Seruni merusak lapangan luas Sultan yang penuh dengan Bunga, tapi ingat bukan persoalan Luka Sultan, tapi air laut yang menyapu Bunga, akankah tumbuh Bunga lagi??
Penyesalan tak jauh dari akhir kisah seseorang, memilih pantai atau bunga yang tumbuh indah adalah pilihan Sultan
Komentar
Posting Komentar